Roger Federer vs Rafael Nadal

Oleh: Kukuh Samudra (EL11)
(Tulisan ini pernah dimuat di akun FB penulis tgl 30 Januari 2017, Red)

Beberapa tahun ini bukan berarti tidak ada pertandingan tenis internasional menarik. Namun hampir semua pertandingan tersebut terasa membosankan tanpa kehadiran Roger Federer atau Nadal.

Seperti yang pernah saya tuliskan pada status saya, keduanya adalah dua ujung kutub tenis yang berbeda. Dua kutub yang bukan dikotomis ala film hollywood antara kebaikan dan kejahatan, bukan pula dua kutub antara sang jagoan dan si pecundang, tetapi dua kutub petenis dengan cara bermain, sasmita, dan filosofis yang berbeda.

Meski berbeda, keduanya sama-sama juara. Mereka bersaing, saling mengalahkan, menghadirkan permainan yang menghibur penonton, tetapi juga saling menghormati serta menyemangati di luar lapangan. Salah seorang penonton yang hadir di Rod Laver Arena menulis: “Let’s go Fedal, I can’t choose”.

….

Secara statistik, Nadal jauh lebih unggul. Dari 34 pertemuan, Nadal menang 23 kali. DI turnamen GS, Nadal unggul dalam 9 pertemuan dari 11 kali pertemuan. Sementara di Australian Open, dari 3 kali pertemuan, belum sekalipun Federer menang melawan Nadal. Fans Federer sebelum partai final mungkin banyak yang berdoa Nadal akan kandas di semifinal oleh Dimitrov. Banyak analis yang menyebutkan Nadal sejatinya adalah musuh alami Federer. Sementara jika Dimitrov yang sering dijuluki sebagai Baby-Federer kalah bagaimana mungkin Federer bisa menang di partai final?

Melihat permainan Dimitrov, sebetulnya mengingatkan saya dengan permainan Federer waktu muda. Selain gaya memukul yang mirip, Dimitrov yang masih berusia 25 tahun memperlihatkan pukulan-pukulan forehand bertenaga, backhand-straight yang penuh resiko, dan kondisi fisik yang prima. Tiga hal yang selama ini dianggap hilang dari sosok Federer karena faktor usia.

…..

Partai yang ditunggu-tunggu telah dimulai. Nadal membuka permainan dengan serve yang solid. Federer pun tidak mau kalah gertak. Serve akurat dan forehand flat menjadi senjata andalannya. Serve yang jauh lebih akurat, meski sudah kurang bertenaga, itu yang setidaknya tidak dimiliki oleh Baby-Fed.

Set pertama akhirnya dimenangkan oleh Federer. Sebuah pertanda yang cukup bagus. Dari pengamatan saya, jarang sekali Federer bisa menang melawan petenis top macam Djokovic atau Nadal jika kehilangan set pertama. Federer bisa memaksakan untuk memperpanjang nafas hingga barangkali 5 set, tetapi dengan permainan set terakir yang mengecewakan karena sudah kehabisan tenaga.

Lalu set 2 Nadal membalas. Set 3 dan 4, berturut-turut menjadi milik Federer dan Nadal. Pertandingan harus ditentukan melalui set penghabisan. Game pertama Federer serve Federer sudah patah. Di sinilah saya ketar-ketir.

Entah ide dari mana, saya mencoba usaha yang konyol. Saya brusaha meniupkan angin ke kaki Rafa Nadal di layar televisi saat Nadal bersiap-siap serve. Sebuah tiupan yang lembut dan berulang-ulang. Berharap Nadal akan terganggu. Hasilnya menakjubkan! Nadal double-fault! Saya mencoba hal ini 4 kali, yang berhasil 2! Saksi mata: Irfan Nasrullah.

Kedudukan saat itu 3-1 untuk Nadal. Saya mulai deg-degan. Tidak rela saya jika Federer harus kalah lagi di final grandslam. Doa mulai saya panjatkan. Adzan maghrib sesungguhnya sudah berkumandang 10 menit yang lalu, tetapi pikiran saya mendorong untuk menunda hingga set penentuan ini berakhir.

Situasi telah menjadi sangat genting, Federer diambang kekalahan. Namun teman saya Irfan mengingatkan saya untuk shalat. Tidak ada yang bisa saya lakukan lagi sebagai fans. Saya hanya menonton dari televisi. Tiupan di kaki nadal yang membuahkan double-fault tadi bisa jadi juga hanya kebetulan. Sebagai fans setia, hal terakhir yang saya bisa lalukan adalah shalat dan berdoa: Ya Allah, berikanlah kekuatan dan kesabaran kepada Roger Federer agar dapat memenangkan final hari ini.

Usai berdoa di mushalla kosan, saya kembali ke kamar dan melanjutkan nonton. Break-point untuk Federer. Namun Nadal tidak mau begitu saja melepaskan servenya. Deuce terjadi berulang kali. Hingga akhirnya momen yang ditunggu-tunggu datang: servis Nadal terpatahkan.

Sejak itu, Nadal seolah kehilangan momentum. 4 game berturut-turut dimenangkan Federer hingga kedudukan akhir 6-3.

Selamat Roger…..